
Batu, jatimid.com – Melalui Olahan Sari Buah Fermentasi, Masyarakat di Kota Batu Jawa Timur menyuarakan kampanye bahwa hasil bumi memiliki nilai jual tinggi dan mampu bersaing dengan produk luar negeri.
Gerakan itu digagas oleh Asosiasi Pengrajin Sari Buah Fermentasi Indonesia (SABUSI Association), Kelompok penggiat riset dan pengembangan teknologi olahan pangan itu bertekad melestarikan warisan leluhur nusantara lewat minuman Menyerupai Wine.
Berbeda dengan Wine Eropa, Komunitas tersebut kembangkan varian “wine non-anggur” atau disebut juga Tropical Wine yang berbahan dasar sari buah Fermentasi (SABUSI) seperti apel, salak, nanas, labu butternut, rimpang temulawak (java ginger) dan bunga mawar jawa.
Sementara itu, jatimid.com berkesempatan mewawancarai Anwar, yang merupakan Salah satu anggota dari komunitas ini. Ia menceritakan Awalmula munculnya Produk minuman SABUSI itu.
Ide dan Gagasan tersebut Bermula ketika Dody Baswardjoyo, yang merupakan seorang petani di Desa Junrejo, bertemu dengan Dody, pegiat industry kreatif di Kota Batu. kemudian Anwar serta Dino sebagai desain grafis produk kemasan.
Pertemuan itu berlanjut dengan membentuk kelompok yang tujuan utamanya sebagai pengembangan riset komoditas agribisnis, dengan misi agar produk pertanian dapat memiliki nilai jual tinggi, salah satunya lewat Olahan Sari Buah Fermentasi (SABUSI).

Mereka kemudian sepakat untuk Menjadikan SABUSI sebagai penamaan kemasan botol minuman yang disesuaikan dengan asal muasal di mana sumber komoditas, Misalnya label JunRejo, desa di kota Batu yang jadi lokasi rumah produksi di tengah kebun Mulberry.
Kemudian, label Tulungrejo diambil sebagai Varian Apel lantaran banyak Desa itu. selanjutnya, ada label SugihWaras nama desa di Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri desa penghasil buah nanas.
“Awalnya kami akan namai ini tape buah, tape bunga atau tape labu. Tapi dalam bahasa marketing terkesan kurang menjual. Kenapa tape, ya memang basicnya ini teknologi kuno bagaimana nenek moyang kita membuat tape” Ujar Anwar, Kamis (23/06/2022).

Selanjutnya, Anwar juga menjelaskan kandungan dalam setiap olahan SABUSI, Ia mengatakan pada proses Fermentasi memakai ragi saccaromhysis menjadi Probiotik dan kandungan Alkohol dihasilkan Secara alami.
“Setiap buah,bunga,rempah,umbi,labu mengandung alkohol alami untuk asupan kebutuhan tubuh, dan imunterapi. Fermentasi adalah proses memantik dan mengikat nutrisi agar bertahan dalam waktu jangka panjang. Kandungan alkohol yang muncul tergantung dari pembawaan masing-masing komoditi yang muncul dari proses “per-tape-an”, kata Anwar, Kamis (23/06/2022).
Namun, Lanjut Anwar, Minuman Olahan Sari Buah Fermentasi (SABUSI) belum dijual Atau diproduksi untuk umum mengingat Aturan dan Regulasi Negara, Meskipun begitu SABUSI sudah di Rasakan kualitasnya oleh kalangan Komunitas.
“tujuan kita mengangkat perekonomian masyarakat desa khususnya petani, tentu ini jadi harapan kita kedepan untuk didukung oleh pemerintah terkait aturan dan regulasinya, sementara ini cuma dikhususkan bagi kalangan sendiri, atau permintaan khusus” tutupnya.
Sampai Saat ini, Sabusi sudah memiliki 25 varian rasa , dan Untuk saat ini pemasaran terbatas untuk kalangan sendiri dan penjualan lewat kanal online serta beberapa jaringan penjual berbasis komunitas. Anda dapat mengikuti halaman facebook dan akun instagram @saribuahfermentasi.
(wen)